Baca Juga
SISTEM KEMUDI DAYA
( POWER STEERING)
Lahirnya sistem
kemudi daya ini didasari oleh kekurangan yang didapat pada sistem kemudi manual
dimana rendahnya kemampuan di dalam pengemudian terutama pada perjalanan yang
jauh, dan pada kecepatan rendah sehingga membuat pengemudi cepat lelah.
Disamping itu kekakuan pada kemudi manual turut mempengaruhi pengembangan
sistem kemudi kendaraan. Pengembangan sistem kemudi saat ini sudah menjangkau
pada sistem pengontrolan secara otomatis.
Pada umumnya sistem kemudi daya dibagi
atas 2 tipe, yaitu :
1) Hydraulic Powersteering (HPS)
Sistem kemudi ini memiliki sebuah booster hidraulis dibagian tengah
mekanisme kemudi agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam keadaan normal
beratnya putaran roda kemudi adalah 2-4 kg. Sistem power steering direncanakan
untuk mengurangi usaha pengemudian bila kendaraan bergerak pada putaran rendah
dan menyesuaikan pada tingkat tertentu bila kendaraan bergerak, mulai kecepatan
medium sampai kecepatan tinggi. Penggunaan power steering memberikan keuntungan
seperti :
a). Mengurangi daya pengemudian (
steering effort )
b). Kestabilan
yang tinggi selama pengemudian
A. Cara Kerja Power Steering :
a. Posisi netral
Minyak dari pompa dialirkan ke katup pengontrol
( control valve ). Bila katuppengontrol berada pada posisi netral, semua minyak
akan mengalir melalui katup pengontrol ke saluran pembebas ( relief port )dan
kembali ke pompa. Pada saat ini tidak terbentuk tekanan dan arena tekanan kedua
sisi sama, torak tidak bergerak.
b. Pada saat membelok
Pada saat poros
utama kemudi (steeringmain shaft)
diputar ke salah satu arah, katup pengontrol juga akan bergerak menutup salah
satu saluran minyak. Saluran yang lain akan terbuka dan akan terjadi perubahan
volume aliran minyak dan akhirnya terbentuk tekanan. Pada kedua sisi torak akan
terjadi perbedaan tekanan dan torak akan bergerak ke sisi yang bertekanan rendah
sehingga minyak yang berada dalam ruangan tersebut akan dikembalikan ke pompa
melalui katup pengontrol.
B. KOMPONEN – KOMPONEN POWERSTEERING
1) Vane Pump
Vane pump adalah bagian utama dari system
power steering berfungsi menghasilkan tekanan tinggi dan debit yang besar. Vane
pump juga berfungsi untuk mengatur jumlah aliran fluida yang diperlukan
sesuai dengan putaran mesin.
Adapun komponen yang ada dalam vane
pump adalah :
a. Reservoir Tank. berfungsi
untuk tampungan fluida power steering.
b. Pump Body, adalah rumah dari rotor blade dan pompa
digerakan oleh puli poros engkol
mesin dengan drive blet, dan mengalirkan tekanan fluida ke gear
housing
c. Flow Control Valve, mengatur
volume aliran minyak dari pompa ke gear housing dan menjaga agar
volumenya tetap pada rpm pompa yang berubahubah.
Tipe Hydraulic Power Steering
Ada beberapa tipe power steering, tetapi masing-masing mempunyai 3
bagian yang terdiri dari pompa, control valve dan power silinder. Ada dua jenis
power steering yaitu :
1) Tipe Integral
Sesuai dengan namanya, control valve
dan power piston terletak di dalam gear box. Tipe gear yang dipakai ialah
recirculating ball.Diperlihatkan di sini mekanisme sistem power steering tipe
integral. Bagian yang utama terdiri dari :
Tangki reservoir yang berisi fluida
Vane pump yang membangkitkan tenaga hidraulis
Gear box yang berisi control valve, power piston dan steering gear
Pipa-pipa yang mengalirkan fluida
Gambar Power Steering Tipe Integral
Control valve power steering tipe ini termasuk di dalam gear housing dan power pistonnya terpisah di dalam power cylinder. Tipe rack and pinion hamper sama dengan mekanisme tipe integral.
Gambar 13. Power
Steering Type Rack And Pinion
2) Electric Power Steering (EPS)
Tujuan dari pengembangan EPS adalah meningkatkan efisiensi kerja
kendaraan dengan melakukan perubahan proses kerja power steering. Perubahan ini
mengalihkan sistem hidraulis ke elektrik. Power steering yang proses kerjanya
dibantu arus listrik ini dapat mereduksi
pemakaian energi kendaraan yang tidak
perlu.
A. KOMPONEN UTAMA EPS
Umumnya sistem Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa
perangkat
elektronik yang sama, seperti:
1.
Control Module: Sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS.
2.
Motor elektrik: Bertugas langsung membantu meringankan perputaran setir.
3.
Vehicle Speed Sensor: Terletak di girboks dan bertugas memberitahu
control
4.
module tentang kecepatan mobil.
5.
Torque Sensor: Berada di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke
control module jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
6.
Clutch: Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk
menghubungkan dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.
7.
Noise Suppressor: Bertindak sebagai sensor yang mendeteksi mesin sedang
bekerja atau tidak.
8.
On-board Diagnostic Display: berupa indikator di panel instrumen yang
akan menyala jika ada masalah sengan sistem EPS.
Gambar 14 . Konstruksi EPS
B. CARA KERJA
1. Setelah kunci
diputar ke posisi ON, Control Module memperoleh arus listrik untuk kondisi stand-by. Seketika itu pula, indikator EPS
pada panel instrumen menyala.
2. Begitu mesin
hidup, maka Noise Suppressor segera menginformasikan pada Control Module untuk
mengaktifkan motor listrik dan clutch pun langsung menghubungkan motor dengan
batang setir.
1. Torque Sensor
Salah satu sensor yang terletak pada steering rack bertugas memberi informasi
pada Control Module ketika setir mulai diputar. Dan mengirimkan informasi
tentang sejauh apa setir diputar dan seberapa cepat putarannya.
2. Dengan dua
informasi itu, Control Module segera mengirim arus listrik sesuai yang
dibutuhkan ke motor listrik untuk memutar gigi kemudi. Dengan begitu proses
memutar setir menjadi ringan.
3. Vehicle Speed
Sensor bertugas menyediakan informasi bagi control module tentang kecepatan
kendaraan. Pada kecepatan tinggi, umumnya dimulai sejak 80 km/jam, motor
elektrik akan dinonaktifkan oleh Control Module. Dengan begitu setir menjadi
lebih berat sehingga meningkatkan safety. Jadi sistem EPS ini mengatur besarnya
arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor,
Control Module juga mendeteksi jika ada malfungsi pada sistem EPS. Lampu
indikator EPS pada panel instrument akan menyala berkedip tertentu andai
terjadi kerusakan. Selanjutnya ia juga menonaktifkan motor elektrik dan clutch
akan melepas hubungan motor dengan batang setir. Namun karena sistem kemudi
yang dilengkapi EPS ini masih terhubung dengan setir via batang baja, maka
mobil masih dimungkinkan untuk dikemudikan. Walau memutar setir akan terasa
berat seperti kemudi tanpa power steering.
Gambar 32, Cara
Kerja EPS
C. Macam-Macam EPS
1.
Fully Electric.
Artinya
motor listrik bekerja langsung dalam membantu gerakan kemudi. Baik yang
letaknya menempel pada batang kemudi, seperti pada Toyota Yaris dan Vios. Juga
yang letaknya menempel pada rack steer seperti Honda Jazz, Suzuki Karimun dan
Swift. Bahkan pada generasi awal yang diterapkan Mazda Vantrend lansiran 1995
ataupun Toyota Crown keluaran 2005, di tempatkan pada gearbox steering.
2.
Semi Electric.
Putaran
motor elektrik hanya dimanfaatkan untuk mendorong hidraulis. Ini sebagai
pengganti pompa power steering yang menempel di mesin dan diputar oleh sabuk
V-belt. Misalnya seperti pada Chevrolet Zafira dan Mercedes Benz A-Class.
Perangkat EPS yang digunakan tentunya tidak lagi menempel pada mesin. Namun
masih mengandalkan minyak untuk meringankan gerak setir. Biasanya perangkat ini
juga masih menggunakan slang tekan dan slang balik dari minyak.Perusahaan yang
memproduksi EPS adalah Koyo, NSK, Delphi, Showa, Visteon dan ZF Freidrichshafen
AG. Power steering hidraulis membuat mobil lebih boros BBM hingga sekitar 1,07
km/l.
sangat bermanfaat trimakasih
ReplyDelete